Kamis, 01 Februari 2018

Veronika Y M (SEJARAH )

Jambi


1. Rumah Adat

Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung dengan model kajang lako. Rumah adat tersebut merupakan rumah tinggal yang terbagi dalam 8 ruangan. Ruangan tersebut adalah: pertama Jogan, merupakan tempat istirahat dan menaruh air. Kedua Serambi Depan, merupakan ruangan untuk tamu laki-laki juga ruangan untuk mengaji anak-anak lelaki. Ketiga, Serambi Dalam yang merupakan tempat tidur bagi anak-anak lelaki. Keempat, Ameben Melintang yang merupakan kamar pengantin. Kelima, Serambi Belakang yang merupakan kamar tidur bagi anak-anak gadis. Keenam, Laren yang merupakan tempat menerima tamu wanita dan kegiatan anak-anak remaja putri. Ketujuh, Garang yang merupakan ruangan untuk menumbuk padi sekaligus tempat untuk menampung air. Kedelapan adalah dapur. Ada pula ruangan yag disebut Tengganai, yaitu ruangan yang digunakan untuk pertemuan kaum/ninik mamak.

2. Pakaian Adat
Pria dari Jambi memakai mahkota dan kalung bersusun. Ia juga memakai pending dengan keris terselip di depan perut serta gelang emas pada kedua belah lengan dan tangan. Baju dan celananya bersuji dengan model yang khas dan kain songket melingkar di tengah badan.
Pakaian yang dipakai wanitanya serupa benar dengan sang pria seperti mahkota, kalung bersusun, pending serta gelang emas pada kedua belah lengan, tangan dan kaki. Ia juga memakai baju kurung serta kain songket. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.
 



3. Tari-tarian daerah Jambi

A. Tari Tradisional Jambi - Tari Sekapur Sirih

Tari Sekapur Sirih dari Jambi diciptaka pertama kali oleh Firdaus Chatab pada tahun 1962. Kemudian pada tahun 1967, tari Sekapur Sirih ini ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Firdaus Chatab sendiri memang terkenal sebagi seorang seniman multi talenta yang juga terkenal dengan lagu ciptaannya yang berjudul Rang Kayo Hitam.
Tarian Sekapur Sirih merupakan tari tradisional dari Provinsi Jambi yang dibawakan untuk menyambut kedatangan tamu kehormatan yang datang ke Jambi. Tarian Sekapur Sirih ini biasanya dilakukan oleh 12 orang penari terdiri dari 9 orang penari wanita serta 2 orang pria bertugas sebagai pembawa payung dan 1 orang pria sebagai pengawal.
Tarian Sekapur Sirih diiringi oleh musik tradisional khas melayu Jambi yaitu dari suara rebana, gambus, gendang, gong serta alat musik akordion dan biola. Sedangkan para penari Sekapur Sirih menggunakan kostum khas Jambi dengan membawa beberapa properti seperti Cerano (tempat sirih), keris serta payung.

B. Tari Tradisional Jambi -  Tari Selampit Delapan

Tari selampit delapan merupakan tari tradisional yang berasal dari Provinsi Jambi. Tari ini pertama kali diperkenalkan oleh M. Ceylon ketika bertugas pada Dinas Kebudayaan Provinsi Jambi pada tahun 1970-an. Pria kelahiran Padang Sidempuan 7 Juli 1941 ini memiliki bakat yang luar biasa dalam bidang kesenian, terutama seni tari. Sebagai pribadi yang baik, ramah, dan enerjik membuat dia mudah beradaptasi dengan budaya dan lingkungan setempat. Aktivitasnya yang lebih banyak bergulat dalam bidang kebudayaan menjadikan dirinya berhasil menangkap pesan terdalam dari pergaulan masyarakat yang kemudian diolah menjadi sebuah karya seni bernama Tari Selampit Delapan. 
Tari Selampit Delapan ini menggambarkan kekompakan, dan kekompakan itulah yang menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Tari Selampit Delapan terkandung sebuah pesan yang dalam tentang makna sebuah pergaulan, bahwa pergaulan yang baik dilandasi oleh keimanan, saling menghargai, dan berperilaku bijaksana. Tentunya pandangan ini tidak terlepas dari falsafah hidup masyarakat Jambi yang memegang teguh nilai-nilai keimanan sebagai landasan dalam setiap pergaulan. Tarian Selampit Delapan ini dibawakan oleh 8 orang penari (4 pasang muda mudi) yang masing-masing membawa kain. Kain yang mereka bawa diatur sedemikian rupa serasi dengan koreografi sehingga membantuk 1 ikatan yang kuat.
Dalam perkembangannya, tari selampit delapan tersebut kemudian ditetapkan menjadi salah satu tarian khas Provinsi Jambi. Tari Selampit Delapan ditampilkan pada acara-acara pesta adat, atau acara promosi budaya. 

C. Tari Tradisional Jambi -  Tari Inai

Tari Inai adalah tarian tradisional yang bisa ditemui dalam keseharian tradisi masyarakat Kuala Jambi, Desa Teluk Majelis,  Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Tari Inai ini ditampilkan pada acara adat perkawinan. Gerakan dari tari inai berpola pada gerakan pencak silat yang merupakan salah satu olahraga bela diri dalam masyarakat Melayu pada umumnya.
Tari Inai ini diiringi oleh hendakan musik patam-patam yang merupakan iringin musik dari alat musik biola, akordion, serunai, gong dan hentakan kendang ronggeng.
Adapun fungsi dari tari inai ini adalah sebagai eksprtesi ritual yaitu menjaga calon mepelai wanita dari gangguan-gangguan supernatural yang berasal dari manusia atau makhluk halus. Selain itu tari inai dari Jambi ini memiliki fungsi sebagai ungkapan estetik dan hiburan.
Penari inai terdiri dari 5 atau 7 pasang penari yang memakai busana adat Melayu. Kepala ditutup dengan memakai peci dan mengenakan baju baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang dan celana panjang longgar.  kemudian memakai sesamping yaitu kain sarung atau songket yang dibentuk segitiga atau sejajar dan diikatkan ke pinggang tepatnya di atas lutut. Properti yang digunakan pada tarian berfungsi sebagai pelengkap saja atau juga sebagai alat pendukung gerak tari tersebut.

http://jambikuu.blogspot.co.id/2016/12/kebudayaan-jambi-jika-sebelumnya-kita.html

SEJARAH MAKANAN KHAS JAMBI

 1. Tempoyak

Tempoyak merupakan makanan khas provinsi Jambi. Makanan ini diolah dari fermentasi buah durian yang kemudian di masak layaknya gulai. Di Sumatera sendiri, tempoyak bukan lagi makanan yang asing. Beberapa provinsi selain Jambi pun bahkan menyediakan menu makanan ini di rumah makan setempat.
Namun ternyata banyak sekali yang belum tahu sejarah dari Tempoyak. Diriwayatkan  dalam Hikayat Abdullah, tempoyak merupakan makanan sehari-hari penduduk Terengganu. Sebuah suku asli bangsa Melayu. Dari Raja hingga rakyat jelata sangat gemar memakan olahan fermentasi durian ini.
Ketika Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, seorang sastrawan Melayu asal Turki berkunjung ke Terengganu sekitar tahun 1836, ia mengatakan bahwa salah satu makanan kegemaran penduduk setempat adalah tempoyak. Berdasarkan sejarah yang ada dalam Hikayat Abdullah, tempoyak merupakan makanan khas rumpun bangsa Melayu, yaitu suku bangsa Melayu di Malaysia dan Indonesia yang terdapat di Sumatera dan Kalimantan.
Di jambi sendiri tempoyak menjadi sangat terkenal bahkan khas karena bahan baku pembuatannya asli dari provinsi Jambi. Durian-durian Jambi yang terkenal enak dan berlimpah di fermentasikan menjadi tempoyak. Biasanya Tempoyak juga sangat nikmat jika dimasak bersama ikan patin yang juga banyak ditemui di provinsi Jambi
http://www.inilahjambi.com/sejarah-singkat-tempoyak-dari-makanan-para-raja-hingga-rakyat-jelata/

Senjata Tradisional Jambi

Badik Tumbuk Lada 

Senjata Tradisional Jambi Badik Tumbuk Lada. Badik Tumbuk Lada adalah salah satu senjata tradisional yang berasal dari Jambi. Badik ini merupakan senjata khas melayu yang ada di Sumatera dan Kepulauan Riau serta Semenanjung Melayu. Nama senjata ini sangat terkenal di kalangan masyarakat semenanjung melayu.
Senjata Tradisional Jambi Badik Tumbuk Lada

Arti nama Badik Tumbuk Lada

Arti dari nama senjata ini adalah
 
1. Badik
    Diambil dari kata serapan masyarakat Bugis yang artinya adalah senjata
 
2. Tumbuk Lado adalah sebuah bahasa Melayu yang berarti Tumbuk Lada
Secara harfiah bahwa senjata tradisional ini biasa digunakan untuk mendukung kehidupan masyarakat Melayu di setiap harinya. Senjata khas Kepulauan Riau ini sangat persis dengan senjata tradisional dari Negara tetangga Malaysia.

Bentuk
Senjata tradisional ini berbentuk seperti badik khas dari Sulawesi hanya saja pada sarung Tumbuk Lada terdapat benjolan bundar yang dihias dengan ukiran pahat. Bagian sarungnya dilapis dengan kepingan perak yang diukir dengan pola-pola rumit. Selain itu bentuknya juga menyerupai keris namun tidak bergelombang. Senjata ini memiliki karakteristik berukuran tidak lebih dari 29 cm dan hanya mempunyai lebar 4 cm.

Fungsi
Zaman dulu badik ini dipergunakan untuk berburu dan berperang. Namun selain untuk berperang Tumbuk Lada pada zaman dulu juga menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat di Jambi, Kepulauan Riau, Deli, Siak dan Semenanjung Tanah Melayu. Dan sampai saat ini masih digunakan sebagai kelengkapan pakaian adat.
http://dunia-kesenian.blogspot.co.id/2016/10/senjata-tradisional-jambi-badik-tumbuk.html

























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VERONIKA YM (TIK BAB 4)

EVALUASI BAB 4 1. kode yang digunakan untuk membuat halaman Web disebut . . . . A. HTML B. HTTP C. WWW D. URl 2. bagian brows...